4 Orang Durhaka Yang Ada Pada Zaman Nabi Musa 'Alaihissalam


Azab Bagi Orang Yang Ingkar
Azab Bagi Orang Yang Ingkar

Nabi Musa ‘alaihissalam adalah seorang nabi sekaligus seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Nabi Musa ‘alaihissalam juga diimani oleh agama Yahudi, Kristen dan terutama Islam. Allah Tabaraka Wa Ta’ala memberinya kitab Taurat yang dijadikan sebagai pegangan dan petunjuk hidup. Beliau juga diutus bersama-sama dengan saudaranya yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Layaknya sebagai seorang rasul tentu saja memiliki musuh dan orang yang ingkar terhadap risalah yang dibawanya. Di dalam Al-Quran, setidaknya ada empat orang utama yang membangkang terhadap kerasulan Nabi Musa ‘alaihissalam. Siapa sajakah mereka? Simak pada tulisan ini.

(Baca Juga : Kisah Nabi Ilyas Lengkap)

1. Fir’aun
Fir’aun memang bukanlah nama seseorang, akan tetapi adalah gelar bagi para raja di Mesir. Akan tetapi jikalau kita merujuk kepada kitab suci maka yang dimaksud adalah Fir’aun raja Mesir yang memerintah pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, baik itu di dalam Taurat, Alkitab dan Al-Quran. Fir’aun pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam adalah raja yang begitu kejam, memperbudak Bani Israil, sampai-sampai dia mengaku bahwa dia adalah Tuhan. Fir’aun jugalah yang telah merawat Nabi Musa ‘alaihissalam ketika masih bayi dan kanak-kanak. Akan tetapi ketika Nabi Musa ‘alaihissalam mendapat risalah untuk menasehati Fir’aun agar mau bertaubat.

Pergilah kepada Fir'aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas." (Q.S. Thaahaa : 24)

Nabi Musa ‘alaihissalam pun pergi kepada Fir’aun untuk menyampaikan amanat dari Allah ‘Azza Wa Jalla. Saat berada di kerajaan Fir’aun, terjadilah perdebatan dan diskusi di antara mereka. Fir’aun tentu saja tidak menganggap risalah yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam, Fir’aun mengingkarinya dan malah mencoba melawan Nabi Musa ‘alaihissalam. Sehingga pada akhirnya pasukan sihir Fir’aun dikerahkan untuk melawan Nabi Musa ‘alaihissalam, akan tetapi pasukan sihir Fir’aun kalah dan menerima risalah Nabi Musa ‘alaihissalam. Fir’aun yang melihat kejadian ini emosi dan tentu saja marah karena yang berhak disembah adalah dia, bukanlah Tuhan Musa dan Harun.

Suatu ketika Nabi Musa ‘alaihissalam mendapat perintah untuk pergi bersama orang-orang yang beriman dari kalangan Bani Israil agar tidak menjadi bulan-bulanan Fir’aun dan bala tentaranya.

Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)." (Q.S. Thaahaa : 77)

Fir’aun yang mengetahui hal itu pun langsung mengerahkan pasukannya untuk mengejar Nabi Musa ‘alaihissalam bersama Bani Israil, ini dilakukan tentu saja agar membunuh mereka semua. Tidak lama kemudian mereka pun berhasil menyusuli Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa ‘alaihissalam yang berada di pinggir Laut Merah pun mendapat wahyu dari Allah Ta’ala untuk memukulkan tongkatnya sehingga terbelahlah laut yang begitu besar. Nabi Musa ‘alaihissalam bersama umatnya yang beriman pun melewati Laut Merah dengan aman, sedangkan Fir’aun dan bala tentaranya yang sedang menyusuli Nabi Musa tiba-tiba tidak menyangka bahwa laut akan menyatu kembali sehingga tenggelamlah mereka. Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, jasad Fir’aun tetap utuh sampai saat ini dan bisa kita saksikan secara langsung di Museum, Mesir.

2. Haman

Haman adalah salah satu di antara pesuruh dari Fir’aun, dia mematuhi setiap perintah Fir’aun dan selalu berada di pihak Fir’aun, ini terbukti dengan firman Allah Ta’ala di bawah ini,

Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta." Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Q.S. Al-Mu’min : 36-37)

Sama halnya dengan Fir’aun, dia mendustakan risalah yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam dan mengatakan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalam adalah seorang penyihir dan pendusta.
3. Qarun

Qarun sebenarnya masih memiliki hubungan keluarga dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, karena Qarun adalah salah satu anak dari paman Nabi Musa ‘alaihissalam. Dulunya Qarun adalah orang yang taat, senantiasa mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, patuh terhadap ajaran yang dibawa Nabi Musa ‘alaihissalam. Akan tetapi ketika Allah Ta’ala mengujinya dengan kekayaan dan harta yang berlimpah ruah, dia malah menjadi orang yang membangkang dan sombong, dia melupakan semua nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahkan mengatakan bahwa kekayaan yang ada pada dirinya itu dikarenakan ilmu yang ada pada dirinya.

Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Q.S. Al-Qashash : 78)

Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjatuhkan murka-Nya dengan membenamkan Qarun bersama harta kekayaannya.

Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). (Q.S. Al-Qashash : 81)

Ketika orang ini yaitu Qarun, Haman dan Fir’aun di beberapa ayat Al-Quran sengaja Allah Ta’ala sebut bersamaan.

dan (juga) Qarun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). (Q.S. Al-‘Ankabuut : 39)

Di ayat lain,

kepada Fir'aun, Haman dan Qarun; maka mereka berkata: "(Ia) adalah seorang ahli sihir yang pendusta." (Q.S. Al-Mu’min : 24)

4. Samiri

Samiri adalah orang yang telah menyesatkan banyak Bani Israil sepeninggal Nabi Musa ‘alaihissalam yang bermunajat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala di bukit Sinai. Samiri

Allah berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (Q.S. Thaahaa : 85)

Seusai Nabi Musa ‘alaihissalam bermunajat kepada Allah ‘Azza Wa Jalla, dia pun kembali kepada Bani Israil yang kala itu sengaja dititipkan kepada Nabi Harun ‘alaihissalam. Begitu terkejutnya Nabi Musa ‘alaihissalam melihat banyak umatnya yang malah mengkhianatinya bahkan sampai tega menyembah anak lembu. Maka Nabi Musa ‘alaihissalam pun menemui Samiri

Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?" (Q.S. Thaahaa : 95)

Lalu apa jawaban Samiri?

Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku." (Q.S. Thaahaa : 96)

Samiri mengakui sendiri bahwasannya nafsunyalah yang telah membujuknya untuk melakukan perbuatan dosa itu, dia menjadikan patung anak lembu sebagai pusat penyesatannya terhadap ajaran Nabi Musa ‘alaihissalam. Maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun mengazab Samiri,

Berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)". Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (Q.S.Thaahaa : 97)

Itulah 4 orang durhaka yang ada pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam, keempat orang itu adalah Fir’aun, Haman, Qarun dan Samiri. Mereka semua lupa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan banyak nikmat kepada mereka, baik itu berupa kekayaan, jabatan, ilmu dan lain sebagainya. Alhasil mereka pun diazab Allah Ta’ala, bahkan kesengsaraan yang mereka alami di akhirat akan lebih parah dibandingkan azab yang Allah Ta’ala berikan saat mereka masih di dunia. Sudah seharusnya kita mengambil I’tibar dan hikmah dari kisah-kisah di atas. Salah satu hikmah yang dapat kita ambil adalah jangan sekali-kali kita lupa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kita berbagai karunia, nikmat dan keberkahan. Sudah seharusnya kita senantiasa mentaati Allah dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Percayalah, orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan senantiasa selamat dunia dan akhirat, sedangkan orang yang ingkar akan mendapat azab dunia dan akhirat.
Semoga bermanfaat.
Share on Google Plus

- Yusri Triadi

liputanalquran.com
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment